Senin, 07 Januari 2013

speaking dan kata baku tak baku


                       
Nama              : Eliska Widyawati
NIM                : C0210019
Sastra Indonesia / A
Sosilinguistik

                        Dell Hymes (1972), seorang pakar sosiolinguistik terkenal, bahwa suatu peristiwa tutur harus memenuhi tutur harus memenuhi delapan komponen, yang kemudian dikenal dengan akronim SPEAKING (Chaer, 2010 : 48). Delapan komponen itu (diangkat dari Wadhaugh 1990) adalah :

S (Setting and scene)
Setting and scene, di sini setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlansung, sedangkan scene berkenaan dengan situasi tempat dan waktu atau situasi psikologis pembicaraan. Dalam hal ini setting atau tempat yang digunakan adalah studio Mata Najwa Metro TV. Sedangkan untuk situasi dalam percakapan Mata Najwa tersebut adalah situasi yang formal, dengan satu meja dua kursi yang saling berhadapan, sehingga penutur dan mitra tutur saling berhadapan. Situasi formal tersebut menyebabkan penggunaan bahasa yang digunakan dalam percakapan tersebut adalah ragam formal.

P (participants)
            Partipants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam percakapan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan). Status sosial partisipan sangat menentukan ragam bahasa yang digunakan. Dalam percakapan acara Mata Najwa ini , Najwa Shihab selaku pembawa acara menggunakan bahasa yang formal kepada mitra tuturnya seorang wakil pimpinan KPK, Bambang Widjajanto. Status sosial dan power yang dimiliki Bambang memungkinkan Najwa untuk berbicara secara formal, agar lebih menghargai mitra tuturnya tersebut. Dalam hal ini dapat dicontohkan dalam percakapan di bawah ini :

Najwa        : “17 Desember tahun 2011 lalu pimpinan KPK terpilih, satu tahun sudah pasukan baru KPK bekerja menggulung koruptor, sudah maksimalkah kerja KPK tahun ini, di studio Mata Najwa telah hadir wakil pimpinan KPK yang baru Bambang Widjojanto, selamat malam mas
Bambang   :”selamat malam.”
Najwa        :” terima kasih telah hadir di mata Najwa.”
                                                                                                                                               
E (Ends = purpose and goal)
            End merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa yang terjadi dalam acara Mata Najwa ini bertujuan untuk mengetahui kinerja KPK selama satu tahun ini. Secara langsung Najwa menanyakan apa yang menjadi tujuan percakapan pada malam itu. Dan percakapan antara Najwa dan Bambang ini diharapkan dapat menjawab apa yang menjadi tujuan percakapan tersebut.

A (Act sequence)
            Act sequence mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya dan berhubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. Bentuk ujaran dalam percakapan ini sangat formal karena topik yang dibicarakan adalah topik yang serius mengenai kinerja KPK. Hal tersebut dapat disebut serius, terlihat saat Najwa bertanya Bambang mitra tuturnya menjawab dengan secara tidak langsung. Dapat diinterpretasikan bahwa Bambang selaku wakil pimpinan KPK tidak ingin terlalu terbuka, dan seperti menjaga kerahasian nama para koruptor.

K (Key)
            Key dalam hal ini mengacu pada nada, cara, semangat, dimana suatu disampaikan. Cara Najwa menyampaikan pertanyaan seakan singkat namun serius dan tegas. Dan cara dan nada Bambang seakan lembut namun penuh dengan tegas dan terkesan bertele-tele, tidak langsung mengenai apa yang ditanyakan Najwa. Hal ini dapat terlihat dari percakapan berikut :

Najwa        :” semakin berhasil, semakin banyak musuhnya KPK, sependapat dengan itu mas?”
Bambang   :” orang yang ingin membuat kebaikan, pasti punya banyak tantangan, dan orang yang ingin membuat kemaslahatan pasti banyak cobaan, karena tidak ada kemuliaan tanpa cobaan dan tantangan.”
Najwa        :”siapa tantangan terberat KPK saat ini?”
Bambang   :”saya lebih ingin menggunakan cobaan dan tantangan.”

I  (Intrumentalities)
            Intrumentallities mengacu pada jalur bahasa dan kode ujaran yang digunakan. Bahasa yang digunakan adalah jalur lisan dengan bahasa Indonesia yang formal. 

N (Norms of interaction and interpretation)
            Norms of interaction and interpretation mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Dalam hal ini percakapan dalam acara Mata Najwa ini tidak interupsi atau permintaan ijin untuk menyela. Dalam percakapan ini Najwa sebagai penutur sering memotong beberapa perkataan yang sebenarnya belum selesai diucapkan. Hal ini dapat dicontohkan dalam percakapan :
Bambang   :”dalam banyak kasus berkaitan dengan korupsi sebenarnya kita (KPK) selalu berkaitan dengan kekuasaan (power), karena yang disebut korupsi kalau mau ditarik secara politik itu sebenarnya potensi penyalagunaan kewenangan, jadi kalau mau dibilang siapa yang paling menchalengge KPK itu adalah orang paling mempunyai kekuasaan.”
Najwa        : “artinya aparat pemerintah ee..dan juga ee… politisi-politisi?”
Bambang   :” Kalau mau pakai analisi politisi kontenporer, ada kombinasi orang yang punya uang banyak juga bisa menggengam banyak kekuasaan, orang yang punya kekuasaan belum tentu dia penggengam kewenangan, jadi tidak bisa dikotomikan sekarang terjadi proses blending di situ.”
G (Genre)
            Genre mengacu pada jenis bentuk penyampaian, dalam penyampaian disampaikan melalui komunikasi langsung antara Najwa selaku penutur dan Bambang selaku mitra tutur.

Berita dalam koran merupakan contoh bahasa formal. Dalam berita yang berjudul “744 kasus kecelakaan sepanjang tahun 2012” dalam surat kabar harian “Joglo Semar” menggunakan ragam bahasa formal.
Ciri-ciri bahasa formal yang terdapat dalam berita tersebut sesuai dengan ciri yang diungkapan  oleh Harimurti Kridalaksana (Kushartanti, 2006 : 1) adalah  :

  1. Adanya penggunaan prefiks me- dan ber- secara eksplisit dan konsisten dalam verba. Dalam hal ini contohkan kalimat :
  1. Korban tewas mencapai 121 jiwa, dengan korban luka berat sebanyak 18 orang, dan 988 lainnya mengalami luka-luka ringan.
  2. Dibandingkan dengan data kecelakaan tahun sebelumnya, jumlah kasus kecelakaan berkurang.
  1. Adanya penggunaan fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek, keterangan dan pelengkap) yang eksplisit dan konsisten.
  2. Adanya keterbatasan penggunaan elemen dialek atau bahasa daerah. Dalam berita jarang akan ditemukan dialek atau bahasa daerah, hal ini disebabkan karena pembaca berita adalah dari semua kalangan dan tidak berasal dari satu suku tertentu maka berita dalam koran akan menggunakan bahasa Indonesia yang baku agar mudah dimengerti semua kalangan.
  3. Adanya penggunaan pola aspek + pelaku + verba yang eksplisit dan konsisten. Dicontohkan dalam berita ini misalnya
  1. Dari ratusan kasus kecelakaan tersebut, oleh Kasatlantas dipetakan jalur rawan kecelakaan.
  1. Adanya penggunaan kontruksi sintesis. Berita dalam koran ini menggunakan kontruksi sintesis yang baik dan benar. Hal ini dapat terlihat pada contoh kata :
Kata Baku                                                      Kata Tidak Baku
Mencapai                                                         sampai
Dilakukan                                                        dikerjain
Meningkat                                                        makin banyak
Sebanyak                                                         banyaknya
  1. Penggunaan elemen-elemen leksikal yang berbeda dengan bentuk tak baku.
Kata Baku                                                      Kata Tidak Baku
Korban                                                                        orang
Untuk                                                              buat
Kasus                                                               masalah
  1. Penggunaan istilah-istilah formal. Ada beberapa istilah-istilah dalam bahasa Indonesia maupun serapan asing yang dianggap telah menjadi istilah formal. Seperti kata relatif, material, fatalitas, kecelakaan, dominasi, wilayah, faktor, produktif dan lain-lain.
  2. Penggunaan ejaan formal. Ejaan yang terdapat berita adalah ejaan formal yang telah sesuai dengan kaidah EYD.

Bahasa yang digunakan dalam berita di koran adalah bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik cenderung menggunakan bahasa yang formal. Bahasa jurnalistik memiliki sifat yang khas, yaitu singkat, sederhana, lancar, jelas, lugas, menarik, dan netral. Namun bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku. Bahasa formal dalam berita juga dipengaruhi oleh topik formal dan target pembaca yang berasal dari semua kalangan, sehingga bahasa dalam berita harus baku (www.kompasiana.com/bahasa_jurnalistik).
Bahasa dalam majalah berbeda dengan berita. Bahasa dalam majalah cenderung menggunakan bahasa yang informal. Ciri-ciri bahasa tak baku / informal sesuai yang diungkapkan oleh Bambang Kaswanti Purwo (Kushartanti, 2006 : 2)  yang terdapat dalam artikel “Makin Pede Jadi Pengusaha! (cerita kampus)” dalam majalah “Citacinta” :

  1. Adanya penggunaan bentuk-bentuk fatis. Dalam artikel ini terdapat beberapa bentuk fatis seperti yup, yuk, nih.

  1. Adanya pemarkah dalam bentuk morfem.
a. Kehadiran morfem yang sama bentuk dengan yang terdapat pada ragam baku, yaitu morfem yang menggantikan morfem lain pada ragam baku. Pada artikel ini terdapat beberapa morfem suffiks –an yang menggantikan prefiks me- seperti kata “ikutan” yang seharusnya “mengikuti”
b. Ketiadaan morfem yang seharusnya terdapat pada ragam baku. Dicontohkan pada juduk artikel yang menghilangkan perfiks se- dan men- :
Kata Baku                                                     Kata Tidak Baku
Semakin                                                          (se)makin
Jadi                                                                  (men)jadi

3.  Adanya bentuk-bentuk yang berbeda dengan yang dipakai pada ragam baku. Dalam artikel ini memuat beberapa kata yang berbeda dengan bahasa yang dipakai dalam bahasa baku.
a.  Bentuk leksikal tak baku yang mempunyai padanan dalam bentuk baku.
Kata baku                                                       Kata Tidak Baku
percaya Diri                                                     pede
dikarenakan                                                     soalnya
sangat                                                              banget
berkeinginan                                                    mau
yang akan datang                                             nanti
hal yang unik                                                   uniknya
menarik                                                           seru
dilaksanakan                                                    dilakukan

  1. Bentuk leksikal yang memiliki makna lebih dari satu ragam baku. Misalnya kata baku “kemudian” dan “yang telah terjadi” adalah makna bentuk leksikal dari kata tidak baku “lalu”.

4. adanya perubahan bunyi, dalam hal ini adalah perubahan diftong pada bentuk baku menjadi bentuk yang lain. Misalnya kata “ramai-ramai “ menjadi bentuk kata tidak baku “rakalimat yang tidak bakume-rame”.

Dari uraian di atas dapat dikategorikan bahwa bahasa yang digunakan dalam artikel majalah adalah bahasa informal. Bahasa informal yang terdapat dalam artikel ini dipengaruhi oleh topik yang ringan dan sasaran pembaca (target reader) adalah remaja, sehingga atikel ini dikemas dalam bahasa yang menarik dalam bahasa yang informal sehari-hari digunakan.
                                                                                                                                   
Kesimpulan
            Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peristiwa tutur dalam percakapan cara Mata Najwa dapat dianalis melalui delapan komponen yang dimiliki Dell Hymes yaitu SPEAKING. Namun dalam kenyataannya tidak harus delapan komponen tersebut dipenuhi, terkadang ada beberapa percakapan yang tidak dapat mencakup delapan komponen tersebut.
            Bahasa dalam berita di koran menggunakan bahasa formal, karena topik yang dibahas adalah serius dan sasarannya pembacanya adalah semua kalangan dari semua status sosial. Sedangkan bahasa dalam majalah cenderung menggunakan bahasa informal karena topik yang dibicarakan ringan, dan sasaran pembacanya kebanyakan adalah para remaja. Sehingga bahasa dan gambar di dalamnya dibuat semenarik mungkin.

Daftar Pustaka
Abdul Chaer, 2010. Sosiolinguistik (Perkenalan Awal). Jakarta : Rineka Cipta
Kushartanti. 2006. “Bahasa Indonesia Baku dan Tak Baku pada Percakapan Anak Jakarta”dalam Linguistik Indonesia. Jakarta : Masyarakat Linguistik Indonesia.
www.kompasiana.com/bahasa_jurnalistik diakses pada Kamis, 26 Desember 2012 pukul 20.10


           

Lampiran

Transkrip Dialog dalam Acara Mata Najwa Metro TV, pada hari Senin 17 Desember 2012 pukul 21.30

Najwa     : “ 17 Desember tahun 2011 lalu pimpinan KPK terpilih, satu tahun sudah pasukan baru KPK bekerja menggulung koruptor, sudah maksimalkah kerja KPK tahun ini, di studio Mata Najwa telah hadir wakil pimpinan KPK yang baru Bambang Widjojanto, selamat malam mas
Bambang                                                                                                    : ”selamat malam.”
Najwa     : ”terima kasih telah hadir di Mata Najwa.”
Bambang :”Ya, sama-sama.”
Najwa     :” semakin berhasil, semakin banyak musuhnya KPK, sependapat dengan itu mas?”
Bambang :” orang yang ingin membuat kebaikan, pasti punya banyak tantangan, danorang yang ingin membuat kemaslahatan pasti banyak cobaan, karena tidak ada kemuliaan tanpa cobaan dan tantangan.”
Najwa     :”siapa tantangan terberat KPK saat ini?”
Bambang : ”saya lebih ingin menggunakan cobaan dan tantangan.”
Najwa     : “ siapa yang lebih mencoba?”
Bambang : ”dalam banyak kasus berkaitan dengan korupsi sebenarnya kita (KPK) selalu berkaitan dengan kekuasaan (power), karena yang disebut korupsi kalau mau ditarik secara politik itu sebenarnya potensi penyalagunaan kewenangan, jadi kalau mau dibilang siapa yang paling menchalengge KPK itu adalah orang paling mempunyai kekuasaan.”
Najwa     : “artinya aparat pemerintah ee..dan juga ee… politisi-politisi?”
Bambang :” Kalau mau pakai analisi politisi kontenporer, ada kombinasi orang yang punya uang banyak juga bisa menggengam banyak kekuasaan, orang yang punya kekuasaan belum tentu dia penggengam kewenangan, jadi tidak bisa dikotomikan sekarang terjadi proses blending di situ.”

1 komentar:

  1. boleh nanyak...
    kalo persamaan dari kata pemalakan dan dikerjain apa ya...

    BalasHapus