Pendahuluan
Latar Belakang
Dalam pengertian
yang paling luas, feminisme adalah
gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang dimarjinalisasikan,
disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang
politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial lainnya. Senada dengan definisi
tersebut, The New Encyclopedia of Britannica memaknai feminisme adalah
keyakinan yang berasal dari Barat, berkaitan dengan kesetaraan sosial, ekonomi
dan politik antara laki-laki dan perempuan, yang tersebar ke seluruh dunia
lewat berbagai lembaga yang bergerak atas nama hak-hak dan kepentingan
perempuan.
Dalam pengertian
yang lebih sempit, yaitu dalam sastra, feminisme dikaitkan dengan cara-cara
memahami karya sastra baik dalam kaitannya dengan proses produksi maupun
resepsi. Emansipasi wanita dengan demikian merupakan salah satu aspek dalam
kaitannya dengan persamaan hak. Dalam ilmu sosial kontemporer lebih dikenal
sebagai gerakan kesetaraan jender.
Novel “Layar Terkembang” merupakan salah satu
novel karya Sutan Takdir Alisjahbana atau yang dikenal dengan nama STA. Dalam
novel Layar Terkembang (LT) ini STA
menuangkan pemikiranya sebagai seorang intelek yang memiliki pemikiran yang
luar biasa. Pemikiran tersebut kemudian dihadirkan dalam tokoh seorang wanita
bernama “Tuti”. Novel ini merupakan novel yang didaktis, sehingga tak heran
jika novel ini cetak hingga 38 kali sejak tahun 1937 – 2006 (Nyoman, 2009:129).
Karakter
tokoh Tuti di sini adalah seorang perempuan yang serius dan aktif dalam
organisasi wanita. Tuti dengan segala aktifitas organisasi perempuannya kental
akan pengaruh budaya barat. Walaupun seorang inteleks namun Tuti dalam novel
ini mengatakan dengan tegas mengkritisi tentang perempuan yang meniru dan hidup
pola orang Eropa. Wanita Indonesia
pada saat itu cenderung masih kolot dan masih bergantung pada laki-laki.
Melalui novel ini STA ingin mengungkapkan bagaimana seorang wanita bersikap,
wanita harus mempunyai pandangan yang luas.
Pembatasan Masalah
Dalam
penelitian ini peneliti memberi batasan permasalahan yang akan dikaji, agar
penelitian berfokus dan tidak berfokus melewati fokus permasalahan, sehingga
dapat mencapai sasaran yang diinginkan. Penelitian ini hanya difokuskan pada
permasalahan perempuan pada jaman 1930an, tokoh Tuti, dan pengaruh budaya barat
pengarang dalam novel Layar Terkembang.
Perumusan Masalah
Rumusan
masalah dibuat berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas.
Hal ini bertujuan agar menuntun peneliti ke arah data yang dicari. Beberapa
permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut.
- Bagaimana masalah-masalah yang dihadapi perempuan-perempuan pada zaman 1930an dalam novel Layar Terkembang?
- Bagaimana kesadaran bentuk jender tokoh Tuti dalam novel Layar Terkembang?
- Bagaimana pengaruh budaya barat pengarang yang mempengaruhi karakter tokoh Tuti dalam novel Layar Terkembang?
Tujuan Penelitian
- Mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi perempuan-perempuan pada zaman 1930-an pada novel tersebut.
- Mengidentifikasikan kesadaran bentuk jender tokoh Tuti dalam novel Layar Terkembang.
- Mengidentifikasi pengaruh budaya barat pengarang yang mempengaruhi karakter Tuti dalam karyanya tersebut.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Dari
penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai studi analisis
terhadap analisis sastra Indonesia,
khususnya analisis novel dengan pendekatan feminisme. Kritik sastra feminisme
telah menyarankan adanya pembaharuan yang berupa pengakuan akan adanya penulis
dan pembaca perempuan. Sehingga terjadi kesetaraan jender dan karya sastra
antara laki-laki dan perempuan.
Manfaat Praktis
Secara
praktis penelitian ini adalah untuk menerangkan terhadap pembaca bahwa novel Layar Terkembang mengemukakan tentang emansipasi
wanita pada tahun 1930an yang dikemas dalam satu novel bertema percintaan.
Perjuangan seorang wanita inteleks yang terpengaruh oleh budaya barat.
Perempuan pada tahun 1930an masih minim pengetahuan.
Landasan Teori
Kajian Pustaka
Masalah-masalah tentang feminis
sering dibahas dalam beberapa penelitian. Topik mengenai perempuan sangat
menarik sehingga menimbulkan banyak penelitian. Peneliti menemukan beberapa
penelitian tentang feminisme misalnya saja penelitian dalam bentuk skripsi pada
novel Saman, Larung, dan Perempuan Berkalung Sorban. Sedangkan
untuk novel Layar Terkembang peneliti
belum menemukan penelitian terhadap novel ini melalui pendekatan feminis.
Aspek Teori
Sebuah
karya sastra merupakan struktur yang bersistem, sebagai struktur berarti bahwa
di dalamnya terdapat unsur-unsur yang saling berkoherensi dan membentuk
seperangkat hukum instrinsik yang menentukan hakikat unsur-unsur itu sendiri.
Dengan demikian, teori struktural merupakan suatu disiplin yang memandang karya
sastra sebagai suatu stuktur yang terdiri atas beberapa unsur. Unsur- unsur
tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya dan membentuk satu makna
yang bulat dan utuh.
Naratologi
(naratif) itu sendiri berarti teori mengenai sistem narasi serta
kemungkinan-kemungkinan mengadakan variasi bila sistem tersebut dikonkritkan.
Membahas alur, penokohan, aspek ruang dan waktu, dan fokalisasi. Naratologi
mengambil masalah terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan wacana naratif,
bagaimana menyiasati peristiwa-peristiwa cerita ke dalam sebuah bentuk yang
terorganisasi yang bernama plot atau alur. Struktur naratif yaitu penderitaan
kembali terhadap unsur-unsur struktural yang ada di dalam suatu karya sastra.
Dalam penelitian teks naratif, kaum formalis menekankan unsur-unsur cerita dan
motif.
Naratif
dapat menyajikan realitas manusia terhadap waktu, kenangan masa lalu bila
kenangan itu ada sangkut perutnya dengan masa sekarang dan membayangkan masa
yang akan datang.
1. Alur
Secara
struktural alur sangat erat berkaitan dengan penokohan dalam menonjolkan tema
cerita. Para tokoh atau pelakunya melakukan
perbuatan-perbuatan yang dengan wataknya. Perbuatan-perbuatan itu menimbulkan
peristiwa-peristiwa. Rangkaian peristiwa itulah yang saling berhubungan
berdasarkan hubungan sebab akibat itulah yang disebut dengan alur. Alur ialah
urutan kejadian untuk mengeratkan jalan cerita melalui kerumitan sampai klimaks
dan penyelesaian.
Pada
umumnya strutur alur terdiri dari 1) tahap situasion (pengarang melukiskan
suatu keadaan, 2) tahap generating circumstances (peristiwa bersangkut paut
mulai bergerak), 3) tahap rising action (keadaan mulai memuncak), 4) tahap
climax (peristiwa-peristiwa mencapai puncaknya), 5) tahap denounment (pemecahan
persoalan-persoalan dari semua peristiwa).
Naratologi
sebagai sebuah pengkajian mengenai struktur naratif bertujuan untuk mendapatkan
susunan teks. Untuk itu pertama-tama harus ditentukan satuan-satuan cerita dan
fungsinya. Secara naratologi sebuah naratif niscaya memilki 2 komponen atau
bagian, cerita dan wacana.
2. Penokohan
Penokohan
merupakan unsur penting dalam karya sastra naratif. Tokoh cerita menurut Abrams
adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama oleh
pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti
yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Teknik pelukisan
tokoh menurut Burhan Nurgiantoro ada dua yaitu :
- Teknik analitis yaitu pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung.
- Teknik dramatik yaitu pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktifitas yang dilakukan
Berdasarkan
perbedaan sudut pandang dan tinjaun jenis tokoh dapat dikategorikan ke dalam
beberapa jenis penamaan di antaranya 1) berdasarkan segi peranan, 2)
berdasarkan fungsi penampilan tokoh, 3) berdasarkan perwatakannya, 4)
berdasarkan berkembangan atau tidaknya perwatakan tokoh, 5) berdasarkan
pencerminan tokoh cerita terhadap manusia dari kehidupan nyata.
3. Latar
Menurut
Abrams latar atau setting sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian
tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Menurut
Burhan unsur latar dapat dibedakan menjadi tiga unsur poko yaitu latar tempat,
latar waktu, dan latar sosial
Ketiga
unsur tersebut menawarkan permasalahan yang berbeda dan membicarakan secara
sendiri tetapi pada kenyataannya saling berkaitan dan mempengaruhi satu dengan
yang lain.
4. Citra Perempuan
Citra
perempuan merupakan wujud gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian
yang terekspresi oleh perempuan dalam berbagai aspek, yaitu aspek fisik dan
psikis sebagai citra diri perempuan serta aspek keluarga dan masyarakat sebagai
citra sosial.
Citra
perempuan dalam penelitian ini berwujud mental spiritual dan tingkah laku
keseharian yang terekspresi oleh tokoh Tuti yang menunjukkan wajah dan ciri
khas perempuan. Citra perempuan dapat dilihat melalui peran yang mencerminkan
perempuan dalam kehidupan sehari-hari.
Teori sastra feminisme melihat karya sastra sebagai
cerminan realitas sosial patriarki. Oleh karena itu, tujuan penerapan teori ini
adalah untuk membongkar anggapan patriarkis yang tersembunyi melalui gambaran
atau citra perempuan dalam karya sastra. Dengan demikian, pembaca atau peneliti
akan membaca teks sastra dengan kesadaran bahwa dirinya adalah perempuan yang
tertindas oleh sistem sosial patriarki sehingga dia akan jeli melihat bagaimana
teks sastra yang dibacanya itu menyembunyikan dan memihak pandangan patriarkis.
Di samping itu, studi sastra dengan pendekatan feminis tidak terbatas hanya
pada upaya membongkar anggapan-anggapan patriarki yang terkandung dalam cara
penggambaran perempuan melalui teks sastra, tetapi berkembang untuk mengkaji
sastra perempuan secara khusus, yakni karya sastra yang dibuat oleh kaum
perempuan, yang disebut pula dengan istilah ginokritik.
Metodelogi Penelitian
1. Metode
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode
penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif. Data deskriptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data yang
terkumpul berbentuk kata, frase, klausa, kalimat, dan paragraf. Metode penelitian ini bersifat induktif yaitu
kesimpulan berfikir melalui suatu peristiwa.
2. Pendekatan
Pendekatan
sastra pada dasarnya adalah teori untuk memahami jenis sastra tertentu sesuai
dengan sifatnya. Pendekatan ini harus sesuai dengan pokok permasalahan yang
hendak diteliti.
Pemilihan
salah satu jenis pendekatan lebih didasarkan pada sifat, karakteristik,
spesifikasi karya sastra sebagai objek kajian dan tujuan yang hendak dicapai.
Dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan feminis, karena novel ini sangat
berkaitan dengan latar sosial dan karakter tokoh Tuti sebagai emansipasi wanita
yang aktif dalam organisasi perempuan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti
menggunakan teknik kajian pustaka dalam tahap pengumpulan data, yaitu teknik
pengumpulan data dengan mempergunakan sumber-sumber tertulis. Teknik kajian
pustaka dilakukan dengan cara mencari, mengumpulkan, membaca, dan mempelajari
buku-buku acuan, artikel, atau tulisan yang mempunyai hubungan atau yang
menunjang penelitian.
Sebelum
dianalisis, data yang telah terkumpul diklarifikasikan terlebih dahulu. Langkah
mengklarifisikasi data ini merupakan langkah selanjutnya setelah data
dikumpulkan dengan teknik pustaka. Klasifikasi data ini mencakup
masalah-masalah yang dihadapi oleh perempuan pada tahun 1930an, masalah-masalah
yang berhubungan dengan bentuk-bentuk kesadaran jender dalam diri tokoh Tuti,
serta pengaruh budaya barat terhadap karakter tokoh Tuti.
Kemudian
tahap selanjutnya yaitu menyeleksi data, tahap memilih data ini bertujuan untuk
menfokuskan penelitian. Data-data tersebut dikaji untuk memperoleh pemahaman
sepenuhnya dari novel Layar Terkembang.
Hal ini dilakukan untuk menangkap makna dan fungsi yang menonjol dan utama dari
segi tertentu yang dianalisis.
4. Teknik Penyajian Data
Tahap
ini meupakan suaru rangkaian rakitan organisasi informasi dalam bentuk narasi
yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian ini harus mengacu
pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian,
sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci
untuk menceritakan dan menjawab permasalahan yang ada.
Penelitian
terhadap novel ini Layar Terkembang
ini dilakukan berdasarkan kerangka sosiologi sastra. Peneliti menganalisis data
berdasarkan pendekatan feminis, Peneliti menganalisis data berdasarkan feminis
yang sesuai dengan sifat, karakteristik, spesifikasi novel sebagai objek kajian
dan yujuan yang hendak dicapai.
5. Teknik Penarikan Kesimpulan
Teknik
penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah langkah yang esensial dalam proses
penelitian. Penarikan kesimpulan ini didasarkan atas pengorganisasian informasi
yang diperoleh dalam analisis data. Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini
menggunakan teknik induktif, yaitu teknik penarikan kesimpulan dari data-data
yang bersifat khusus menuju kesimpulan yang bersifat umum.
Daftar Pustaka
Edi Subroto.
2007. Pengantar Metode Penelitian
Linguistik Struktural. Surakarta
: UNS Press
Nyoman
Kutha Ratna. 2009. Stilistika (Kajian
Puitika Bahasa Sastra dan Budaya). Yogyakarta
: Pustaka Pelajar
Sutan Takdir Alisjahbana. 1987. Layar Terkembang. Jakarta : Balai Pustaka